Minggu, 07 Februari 2010

Harapan adalah mimpi yang tak akan pernah berakhir..

Masih menggila dengan rasa bahagia yang senantiasa hanya bisa menjadi sebuah mimpi tanpa wujud. Ini adalah bulan terakhir dalam kalender tahun 2007 dan telah memasuki minggu kedua masa advent. Walaupun saya seorang katholik yang tidak seratus persen patuh pada peraturan vatikan, hari Natal tetaplah hari Natal dan telah menjadi sebuah moment penting dalam tradisi keluarga saya. Pohon natal, santa clause, beruang salju, dan kue-kue bernuansa coklat, telah menjadi hiasan rutin dari tahun ketahun, ini adalah Natal yang sudah ke sekian kali yang harus saya lewati tanpa pernah merayakannya di gereja.

Setumpukan doa yang sudah di siapkan gereja untuk menyambut natal telah tercetak dalam kertas-kertas berbentuk booklet yang tidak pernah sedikitpun tersentuh oleh saya apalagi untuk membacanya, bukan karena kemasannya yang kurang menarik atau doanya yang kurang pas, tetapi jujur saya hanya merasa masih terlalu cepat untuk bertobat hari ini. Tuhan mungkin maha pemaaf, tapi saya adalah seorang yang sadar bahwa saya belum bisa bertanggung jawab dengan komitment pertobatan, yakin saya tidak akan pernah bisa seratus persen menjadi baik. Hari esok tentu saja tanpa sadar saya pasti akan mengulang kembali kesalahan-kesalahan dan predikat pendosa tidak akan pernah lepas dari diri saya.

Sangat menyakitkan mungkin jika mengingat kembali kesalahan-kesalahan masa lalu, saya melihat diri saya masih dalam kekacauan, masih takut menghadapi kedewasaan, pesimis dan belum siap menjadi diri sendiri, upaya untuk membenahi diri adalah syarat untuk mewujudkan harapan yang telah lama membusuk bersama mimpi yang tak pernah terselesaikan. Akhir tahun jutaan orang mulai sibuk membuat daftar harapan atas semua keinginan mereka, selalu ingin menjadi lebih baik dan lebih baik lagi, harapan yang selalu sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun baru ini saya tidak ingin ada harapan apapun, karena saya sudah merasa cukup dengan semua kemampuan saya untuk mewujudkan mimpi yang ternyata tidak mudah, butuh perjuangan dan kerja keras untuk mencapai suatu titik bernama puas.

Imajinasi dalam pikiran saya tidak memiliki batas dan tidak pernah ada kata puas didalamnya, itulah kendala bagi saya untuk menemukan kebahagiaan, orang bijak bilang hidup memang tidak pernah sempurna karena itu harus ada usaha untuk berpuas dengan segala kekurangan, tapi sifat itu tidak pernah ada dalam diri saya, saya akan terus mencari mimpi itu dan tidak mau ada sedikitpun kekurangan atau terpaksa merasa puas karena harus sadar dengan keterbatasan diri, pencarian saya belum berakhir selama saya masih terus berkata sanggup untuk mewujudkan kegilaan saya dan berusaha semaksimal mungkin untuk segara terbangun dan sadar dari semua mimpi buruk ini.

Setahun belakangan ini saya mempunyai pertarungan seru tentang mewujudkan format ideal dalam menjalani hidup dan kehidupan, saat ini dan masa-masa selanjutnya... Hidup dan menjalani kehidupan dengan banyak aksesoris modernitas seperti yang saya alami sekarang ini sebenarnya sudah membuat saya bosan dan merasa jadi semakin lelah, lebih-lebih ketika persoalan yang ada di pikiran serasa gak selesaiselesai, modernitas telah membuat saya menjadi korban konsumerisme, padahal dulu hidup saya baik-baik saja sebelum adanya aksesorisaksesoris modern yang semakin lama semakin canggih dan terpaksa harus memilikinya karena terdesak oleh kebutuhan. Tapi saya harus realistis, hidup saya harus disesuaikan dengan jaman yang semakin lama semakin berkembang dan semakin mendekati kehancuran, lalu harus kembali lagi pada harapan untuk hidup yang bahagia dan berkualitas. Lalu kapan berakhirnya impian itu jika kenyataanya impian itu tidak pernah memiliki akhir...

Iwan ( Januari 2008 )

Tidak ada komentar: