Minggu, 07 Februari 2010

Labirin dan jalan panjang para pendosa

pagi -pagi sekali saya sudah menyeruput kopi dan melihat kertas-kertas bergambar dengan ukuran kecil yang menempel secara acak pada dinding-dinding kamar yang sengaja dibuat berantakan untuk menyesuaikan karakter abstrak sebuah jiwa yang tak mengerti seni. tulisan-tulisan dengan pesan pemberontakan juga telah menjadi pelengkap ramainya warna-warni dinding yang menjadi pembatas antara ruang khayal dan dunia nyata. Ruangan ini adalah dunia imajinasi yang sering kali membawa saya kepada mimpi-mimpi dasyat yang sepertinya belum terpikirkan oleh orang lain. Dibalik dinding adalah sebuah kehidupan liar dimana para manusia waras selalu tersesat dan meninggalkan semua mimpinya diatas setumpukan sampah yang lalu berakhir membusuk. diruangan ini saya merasa nyaman, pikiran saya berkelana jauh diantara remang-remang cahaya yang hanya terlihat silau diujung jalan. tak ada pembatas yang menggawangi imajinasi yang berlebihan bahkan hingga halusinasi yang paling liar sehingga saya selalu lupa dengan kehidupan nyata.

Saya baru saja terbangun dari mimpi buruk semalaman suntuk. mimpi itu membawa saya menuju kepada sebuah labirin panjang yang aneh dan tak menyenangkan. Saya seperti sedang berjalan diantara gang-gang sempit, dengan ratusan tikungan, pertigaan, perempatan, Jalan dua arah dan searah. Setiap berbelok sepertinya semakin rumit untuk menemukan kembali jalan keluar, tersesat dan hanya berputar dijalan yang itu-itu saja. Lelah! Tak sadar ternyata saya sudah berjalan terlalu jauh.

Di jalan ini ada banyak manusia senasib yang masing-masing mempunyai masalah mereka sendiri-sendiri, lalu mereka menuntun saya kepada bentuk kehidupan yang sedemikian kaya dengan berbagai nuansa pemikiran, manusia-manusia yang saya jumpai disini semuanya bertingkah aneh, sepertinya jalan ini memang sudah lama dihuni oleh orang-orang gila, saya yakin disini saya adalah satu-satunya manusia waras yang pernah ada!. walaupun sebagian dari mereka ada juga yang terlihat waras tetapi tetap saja saya melihat keganjalan dari dari diri mereka masing-masing. mereka selalu berteriak bebaskan! ingin rasanya membungkam teriakan mereka yang sangat mengganggu ketenangan saya dan manusia-manusia lain yang santun dijalanan ini. sebelumya dijalan ini saya juga menjumpai manusia-manusia munafik berkedok Agama yang menjadi penceramah moral yang terus menumbuh dan menyuburkan kelompok-kelompok piciknya yang enggan menerima perbedaan. sekarang mereka mulai menjadi ancaman! mereka memandang sinis kearah saya dan keenamratus enam puluh enam pendosa ditambah dengan ratusan agnostik dan atheis yang sama-sama berjalan dijalan ini. mereka menganggap bahwa saya telah mempermainkan Tuhan. tetapi saya membantah! Bukan saya yang mempermainkan Tuhan, tapi Tuhanlah yang telah mempermainkan kita. Tuhan sengaja menciptakan kehidupan ini agar Dia tidak bosan hidup sendiri. Tuhan membutuhkan teman dan sesuatu yang bisa dipermainkan. Dia menciptakan kita, dan kita adalah boneka bagiNya. mereka semua tertawa, dan itu adalah tawa yang jelek dan menakutkan, saya pergi meninggalkan mereka sebelum ada niatan dari mereka untuk membunuh saya.

selanjutnya terdengar diujung jalan, gemuruh ramai suara pesta pelacur-pelacur muda yang sedang asik berjoget dengan diiringi irama dangdut dan mengandalkan goyangan yang menjadi perangsang kemaluan para pelanggannya. disini adalah tempat berkumpulnya alat-alat kelamin yang dapat disewakan dengan cara membayar tunai atau dengan kartu kredit gesekan, wanita-wanita muda yang sedang menjual wajah dan kulit mulus, lalu menawarkan jasa hubungan kelamin dengan 4 posisi selama 30 menit. semua yang ada disini serba selangkang yang bisa diajak tidur bekerja sama, manusia-manusia disini bisa bebas menggunakan alat kelamin orang lain tanpa aturan lembaga pernikahan yang suci adanya. tempat ini adalah kehidupan bagi manusia-manusia berprilaku seks bebas hetero dan homo yang anti berkeluarga normal. saya harus cepat pergi dari tempat yang berbahaya ini sebelum saya terjebak dan menjadi salah satu dari mereka.

saya semakin tersesat, semakin jauh dari pintu-pintu keluar, dan semakin sulit menebak kemana kaki saya akan bergerak dan melangkah. lalu saya menapaki anak-anak tangga yang menuju seperti sebuah setasiun kereta bawah tanah. ada banyak pemabuk dibawah sini, diantaranya ada seorang laki-laki seperti terjangkit virus HIV-AIDS sedang menadahkan topinya lalu mengemis. Belum pernah saya melihat kerangka manusia berbalut kulit tanpa daging dan lemak sekurus dia itu. sinar matanya kosong, suaranya parau. saya ingin berbuat sesuatu untuk dia, tapi apa? tak lama kemudian datang sebuah kereta, dan berhenti tepat didepan saya, lalu ada seseorang yang datang menjemput dan mengatakan "kereta ini berjalan menuju Neraka! silakan naiklah! Kamu tidak akan bisa selamat dari mimpi buruk ini?!”. Saya merasa ragu tapi tak bisa menolak untuk menaiki kereta ini.

sosok-sosok seperti barisan mayat hidup ada diantara saya. Pelacur, Pendeta-Pendeta palsu dan keenam ratus enam puluh enam pendosa, semuanya berkumpul menjadi satu kelompok, kami berjalan memasuki seperti mulut Gua dengan pahatan monster di kedua sisinya. Mungkin tempat ini adalah penjara bagi para pembuat dosa?

Catatan ini hanya sebatas kepalsuan saya tentang Dosa, bahkan belum pernah saya mempunyai mimpi seburuk ini, semuanya hanya fiksi.

Iwan ( september 2008 )

Tidak ada komentar: